BUNDA SAYANG : KOMUNIKASI PRODUKTIF

source : freepik 
Kalau diinget-inget, sudah lama sekali saya belajar tentang teori komunikasi. Mulai dari bangku kuliah, tentang psikologi komunikasi, lalu ternyata kerja di dunia marketing communication, lagi lagi tentang komunikasi, lalu ngajar personality development, eh ada topik komunikasi. Tapi ternyata, waktu yang lama itu bukan jaminan untuk sudah sukses dalam berkomunikasi, masih saja ada yang kurang pas di sana dan di sini.

Nah, kok bisa? Ya bisa, yayayayayay.... (a la pagi pagi net tv) . Yuk, simak ceritaku berikut ini. 

Kuliah Bunda Sayang 
Semua ini dimulai dari kuliah bunsay. Gara-gara bunsay aku jadi begini. Kuliah bunda sayang adalah kelas lanjutan dari kelas matrikulasi insititut ibu profesional. Nah, bagi peserta yang sudah lulus kelas matrikulasi, lanjut deh selama setahun di kelas bunda sayang. 
Topik pertama yang dibahas adalah mengenai komunikasi produktif. Kenapa ini jadi topuk pertama? Menurut Saya karena memang komunikasi dasar segalanya. komunikasi bukan hanya sekedar kou muni aku aksi (aku bicara, kamu merespon, red) Tapi, lebiiih dari itu. Bukan sekedar ada pengirim, saluran, dan penerima. tapi lebiiih dari itu. Selama ini dalam teori, jika pesan kita yang tak tersampaikan bisa jadi ada kesalahan di penerima, pengirim, atau bahkan salurannya. hmmm... tetapi setelah mengikuti kuliah bunda sayang, ada yang sedikit berbeda. 

Ada beberapa hal yang menarik selama mengikuti topik pertama ini, diantaranya : 

Sungguh Sungguh lah! 
Bersungguh -sungguh lah, maka akan lebih mudah, dan terasa perubahannya. Ada satu pertanyaan yang menggelitik waktu itu, ketika salah satu peserta bertanya ke bu Septi  
"kenapa ya bu, udah lebih dari10.000 jam berkomunikasi, kok belum ahli?" ternyata jawabannya adalah ada di kesungguhan hati. Ketika kita memang berniat untuk berubah, dan bersungguh sungguh melakukannya, maka apa yang kita lakukan bukan hanya sekedar rutinitas biasa, tapi kegiatan yang memang ada tujuannya. Itulah mengapa, ketika kita berniat untuk melakukan komunikasi produktif, maka bersungguh-sungguh lah melakukannya, agar perubahannya makin terasa. 

Lalu, apa lagi? 
Setelah bersungguh-sungguh, mulai amati komunikasi yang kita lakukan selama ini, dari situ lah kita akan mencoba memperbaikinya. Misalnya, kenapa sih setiap kali ngomong, kok kayaknya pasangan kita bukannya ngerti malah tambah bingung, atau kenapa sih si kecil malah makin ngambek disuruh ini itu? atau kenapa sih kenapa sih lainnya. Nah setelah itu mulai lah merubahnya perlahan. 


If I want something change, I must change first
Kata-kata dari Bu Septi itu selalu terngiang-ngiang di kepala, saat hendak melakukan sesuatu. Menuntut lingkungan berubah, sementara kita sendiri tak berubah, hmmm rasanya kok mustahil ya.. Oleh karena itu, itu yang menjadi dasar dalam melakukan tantangan 10 hari komunikasi produktif. aku dulu yang berubah, dan kita lihat apa yang terjadi!

I am responsible for my communication!

Itu lagi yang menjadi patokan utama, dalam berkomunikasi, saya lah yang bertanggung jawab, baik komunikasi tertulis maupun verbal. Artinya, harus lebih berhati-hati lagi ketika berbagi cerita di sosial media, WA, atau grup apapun. Harus berhati-hati lagi saat berbicara. karena tanggung jawabnya dunia akhirat. Selain itu, lidah lebih tajam dari pisau, hmm.. kata-kata yang sudah keluar susah sekali di tarik, apalagi jika mengenai hati, sakitnya tuuuh disini.... (halaah...). 

Nah, kalau saya pribadi PR yang paling terasa adalah : 

KISS : keep it simple and short 
Saya suka sekali bercerita, berbicara, mendongeng, you named it lah! seru, tapi perlu di kontrol, terlalu heboh malah intinya gak dapet (hehehhe). Jadi ini yang saya latih, berusaha menyampaikan informasi kepada pasangan dengan cara simple and short!

FOE and FOR : Frame of Experience dan Frame of Reference
Menyamakan persepsi dengan pasangan. Saya inget banget ketika saya menyampaikan sesuatu kepada pasangan tapi direspon tidak seperti yang diharapkan. Waktu itu saya sampaikan " .. Nah, sehingga nanti saat memutuskan sesuatu tidak hanya karena emosi semata" nah, ternyata makna emosi ini ambigu, bagi istri emosi diartikan segala bentuk emosi, termasuk senang, sedih, marah, kecewa, sebaliknya di mata suami, emosi diartikan sebagai "marah". 
Nah hal sederhana ini penting banget untuk disamakan referensi nya, supaya meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. selain itu, pemilihan kata saat menyampaikan informasi. 


it's oke to make mistake, as long as i learned from my mistake " Septi Peni W

Gunakan Bahasa Cinta
Selain verbal, gesture, intonasi, memainkan peranan penting dalam berkomunikasi, dan itu yang terus saya coba lakukan. Sentuhan, pelukan, intonasi yang berubah-ubah (kadang manja, kadang anak-anak, kadang dewasa) membuat komunikasi menjadi lebih dinamis dan hidup. 

Timing
Pilihlah waktu yang tepat saat berkomunikasi, kalau saya pribadi lebih nyaman berkomunikasi hal-hal serius saat kami sedang santai di tempat tidur (bahasa kerennya teh pillow talk). Nah, setiap individu memiliki waktu masing-masing, silakan bereksplorasi. 


Apa hasilnya? 
Setelah melakukan tantangan 10 hari di materi komunikasi produktif ini, yang saya rasakan adalah lebih ada kontrol dalam berkomunikasi, baik secara lisan ataupun tulisan, dan rasanya hubungan saya dan pasangan pun makin akrab. Saya sempatkan bertanya pada pasangan, dan jawabannya " Akhir-akhir ini, memang terasa berbeda, ada perubahan dari cara kita berkomunikasi, sepertinya lebih intens dari biasanya, lebih jarang buka hape saat bersama, dan jadi lebih sering tertawa

Nah, kalau sudah begitu, rasanya gak ada alasan gak berubah! gak ada alasan buat gak belajar! 

Salam, 

Ummi 

Komentar

Postingan Populer