Konferensi Ibu Profesional (1) : SADARI, BAHWA KAMU TAK SENDIRI



Kenapa Datang? 

Pertama kali melihat flyer KIP itu di tawarkan, segera mata saya berbinar-binar "ini yang saya cari", saya perlu ini. Maka tak perlu melihat kanan kiri, saya langsung minta izin suami untuk mendaftar, ya, karena saya yang butuh. 

Ada beberapa alasan mengapa saya memutuskan untuk mengikuti konferensi kali ini : 

1. Saya yang butuh 
Masuk komunitas ini, saya ibaratkan seperti masuk dalam sebuah kolam yang besar. Ada beberapa pilihan yang bisa kita ambil, diam dan mengapung mengikuti arus kolam, tenang namun pemandangan dan pengalaman kita terbatas. Pilihan selanjutnya adalah berenang, bergerak agar saya bisa melihat pemandangan yang lebih luas, agar otot lebih kuat, agar nafas lebih panjang. Saya yang butuh, maka saya bergerak menuju konferensi, menguatkan otot, memanjangkan nafas. 

2. Membeli jam terbang 
Malcolm Gladwell dalam bukunya "Outlier" menuliskan bahwa untuk menjadi ahli, seseorang harus tekun melakukan sesuatu selama 10.000 jam. Menghadiri konferensi ini, bertemu dengan para changemaker bagi saya adalah salah satu cara untuk mencapai 10.000 jam dengan cara membeli jam terbang mereka. Bagaimana maksudnya? Dengan mendengar kisah mereka, perjuangan mereka, maka kita menemukan pola yang bisa kita adaptasi hal ini bisa membantu kita untuk meminimalisir hal-hal yang tidak perlu kita lakukan, percepatan untuk mencapai 10.000 jam bisa dilakukan. 

3. Mengisi daya 
Bertemu dengan saudara ideologis yang selama ini hanya bersua lewat online seperti booster buat saya, mengisi kembali daya menjadi full. 

4. Jogja 
Kota jogja menjadi alasan istimewa mengapa saya hadir di konferensi ini, apalagi kalau bukan karena mudik ke rumah orangtua. Kalau sudah begini, boosternya menjadi berkali-kali lipat. 

Setelah tiket di tangan kini waktunya menikmati hari-hari di konferensi Ibu Profesional di Jogjakarta. Yuk, saya ajak menikmati sajian hari pertama hingga ketiga. 
Kontingen Karawang di hari pertama (doc : pribadi)



Hari ke-1 : 
Hari pertama di awali dengan mengisi energi melalui temu kangen bersama teman-teman komunitas. Kalau biasanya hanya jumpa via suara, kali ini bisa bertatap muka, bercerita, bahkan berpelukan mengalirkan energi. Acara belum dimulai, tapi rasanya hati sudah gembira dan siap menerima keseruan selanjutnya. 


Bersama rekan panitia yang berdandan a la Inem (doc : pribadi)

Di buka dengan keseruan mbok Inem, perempuan Jogja yang penuh inspirasi. Sosok Inem erat kaitannya dengan tas yang selalu dibawa jalan-jalan. Tas tersebut berisi nasi bungkus yang siap dibagikan kepada orang-orang yang ditemuinya. Selain itu, Inem tampil dengan dandanan yang unik, bukan tanpa tujuan, Ia ingin tampil beda dan menarik perhatian. Darinya saya belajar bahwa siapapun bisa berbuat sesuatu, tujuan hidup haruslah bisa bermanfaat bagi banyak orang. Hal yang perlu kita lakukan adalah tetap menjadi diri sendiri, jangan pernah ragu untuk melakukan hal baik. Inem mengawali hari pertama dengan tawa dan penuh inspirasi. 

Dilanjutkan dengan acara pembukaan yang penuh "rasa". Baru kali ini rasanya, ada acara yang menyanyi lagu kebangsaan Indonesia Raya, langsung 3 stanza. Meresapi liriknya dan merasakan bahwa ada doa yang luar biasa dari pendahulu kita terhadap bangsa ini. Pendahulu kita yakin bahwa bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang halus budi pekertinya, bangsanya yang selamat dan maju. MasyaAllah rasanya, berdesir, "mak tratap" ketika membaca setiap lirik dari lagu tersebut. InSyaaAllah bangsa kita akan menjadi bangsa yang besar. 

Lagi-lagi dibuat mengangguk tak henti, ketika Sumitra, representasi dari Ashoka bercerita mengenai "Changemaker". Sumitra mengawali ceritanya dengan menceritakan pengalaman pribadinya saat galau, terutama saat anak-anak lahir. Pengalamannya belasan tahun bekerja tetap saja membuat Sumitra tak tau bagaimanca dan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi anak-anak. Dalam sesi ini benar-benar dibukakan bahwa dunia kita berkembang sangat pesat dan cepat. Dahulu perlu hitungan tahun untuk bertumbuh, namun kini dalam hitungan detik kita sudah bisa menemukan berbagai macam hal baru yang sangat menarik. Hal ini pula yang membuat kita berada dalam era "wilayah yang belum terpetakan" serta perlunya menyiapkan ank dalam menghadapi masa depan. 
" 60%  pekerjaan terbaik dalam 10 tahun mendatang belum ditemukan " U.S Departement Of Labour . 
Apa itu wilayah yang belum terpetakan? Wilayah atau masa dimana kita belum tau apa, misalnya saja tipe-tipe pekerjaan. Zaman dahulu pekerjaan identik dengan profesi tertentu, kini ada banyak hal baru yang dulu belum pernah dipikirkan. Sebut saja ojek online, content creator, jasa titip, dan sebagainya. 
Oleh karenanya sebagai seorang changemaker, maka ada 4 kerangka kerja yang perlu diperhatikan : 
1. Kepemimpinan baru 
2. Empati 
3. Kolaboratif 
4. Menciptakan Perubahan 

Hadir pula dalam sesi ini, dua gadis remaja, Lita dan Rere, yang sudah memulai aksinya sebagai agen perubahan. Mereka berdua melakukan hal-hal sederhana, mulai dari hobi yang ternyata memberikan efek luar biasa bagi diri mereka dan sekitarnya. 
Dukungan orangtua tak lepas dari proses mereka bertumbuh. Ada beberapa catatan menarik yang bisa disimpulkan dari gadis remaja ini, yaitu : 
1. Dukungan orang tua sangat diperlukan. Orangtua adalah support system paling dekat dengan anak. Dukung aktivitas positif mereka. 
2. Perlakukan anak sebagai orang besar, jika ingin punya anak yang berjiwa besar. 
3. Tanamkan value keluarga yang disepakati. Value ini akan menjadi panduan anak-anak dalam beraktivitas dan membantu anak agar tidak mudah goyah . 
4. Changemaker diawali dari curiosity, rasa penasaran anak-anak. so, jangan pernah mengabaikan saat anak mulai bertanya. 

Secangkir jahe hangat, makin terasa nikmat karena malam itu dilanjutkan dengan renungan mengenai pergerakan perempuan oleh Ibu Septi Peni. Pergerakan perempuan bukanlah hal yang baru, karena dulu pada tahun 1928 konferensi perempuan dilaksanakan pertama kali di Jogjakarta. Sehingga, tidak salah rasanya jika puluhan tahun kemudian, di tahun 2019 hadir kembali konferensi Perempuan di Jogjakarta. 

Ibu Septi mengingatkan kembali mengenai hebatnya para pejuang wanita zaman dahulu, mereka adalah bagian dari sejarah bangsa. Sebut saja, Cut Nyak Dien, R.A Kartini, Dewi Sartika, dan masih banyak lagi. Jika dulu manusia bergerak karena punya common enemy, kini orang bergerak karena diri sendiri. Karena sebenarnya kita adalah penggerak bagi diri kita sendiri. 
Ibu Septi memberikan contoh nyata, bahwa sebuah pergerakan itu nyata dan dimulai dari hal sederhana. Kadang ketika kita melihat terlalu jauh, kita merasa tidak ada apa-apanya, namun ketika kita melihat sosok yang begitu dekat dengan kita melakukan sebuah pergerakan, maka kita merasa kita juga mampu melakukannya. 
"Allah tidak menggerakan orang yang mampu, tapi Allah memampukan orang yang bergerak" . 
Ibu lalu mengajak kita untuk mulai menggali apa tantangan yang sedang kita hadapi, seorang changemaker melihat satu masalah sebagai sebuah tantangan, bukan sebuah beban. Kalau kita lihat lebih dalam, ternyata tantangan yang kita hadapi, orang lain pun ada yang menghadapinya. Hal ini menyadarkan bahwa ternyata kita tidak sendiri menghadapi tantangan yang ada. Jika tantangan ini bisa kita selesaikan, maka kita bisa membantu orang lain menyelesaikan tantangan tersebut. Kesadaran kita menyelesaikan tantangan, kerelaan kita menolong orang lain menyelesaikan tantangan inilah yang nantinya akan melahirkan sebuah pergerakan, fokuslah disitu dan bergerak. 


Hasil diskusi peserta dengan berbagai tantangan yang muncul (doc : pribadi)

Tak heran rasanya jika akhirnya komunitas Ibu Profesional menjadi sebesar ini, karena ketekunan dan kesungguhan bu Septi dalam setiap prosesnya. Komunitas ini lahir dari tantangan yang di rasakan bu Septi, dan hingga kini menjadi sebuah pergerakan yang sangat besar, kurang lebih ada 21.500 perempuan hebat di dalamnya. MasyaAllah 

Selaras dengan yang diutarakan Sumitra sebelumnya, bahwa setelah kita memulai sebuah aksi, komitmen dan konsisten, maka berikutnya adalah scalling impact. Scalling impact is not growing our organization. scaling impact is growing our impact. Dari pergerakan yang dilakukan maka akan muncul pergerakan-pergerakan berikutnya yang akhirnya akan meluaskan manfaat bagi semesta. 

Kebayang rasanya, jika perempuan sadar bahwa dalam dirinya mampu memberi dampak yang luar biasa bagi peradaban. Kalau sudah begini, doa-doa yang tertulis dalam lirik lagu kebangsaan 3 stanza akan terwujud dengan sendirinya. 

Hari pertama yang luar biasa, benar-benar ditutup dengan high energy ending, yang menyadarkan kita bahwa setiap kita adalah agen perubahan, apapun tantangannya asal kita bersungguh-sungguh menyelesaikannya, bukan tidak mungkin ia akan memberi dampak yang luar biasa tak hanya bagi diri kita, tapi juga bagi semesta. 

samar-samar terdengar suara " membanggakan, apik tenan, rancak bana, yeaaay" . 

-Ummi-

Komentar

  1. Mbak.. Aq ijin ss beberapa kalimat yg jleb utk aq ya.. Suwun mbak..😘

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer