NHW5 : LEARN HOW TO LEARN

source : freepik


Bismillah, 
Yuhuuu jumpa lagi bersama saya dalam NHW5. Oh ya, yang belum tahu NHW itu apa, NHW kepanjangan dari Nice Home Work, yang merupakan bagian dari kelas martikulasi IIP. Nah, setiap minggu para peserta kuliah diberikan NHW yang berbeda-beda, tujuannya supaya ilmu yang dipelajari terus diingat, meresap ke dalam kalbu.

Nah, NHW kali ini kami diminta untuk menjelaskan mengenai belajar proses belajar " laaa opoo itu.."

Tujuannya, supaya kami, para ibu bisa memahami bagaimana proses belajar itu terjadi, selanjutnya nanti akan diterapkan pada proses pembelajaran anak-anak kami. 

Nah, yang menjadi tantangan adalah kira-kira proses belajar yang pas untuk saya seperti apa ya? Saya coba mengingat kembali cara saya belajar dari zaman dahulu kala. Seingat saya dulu cara belajar saya di sekolah adalah dengan cara mengulang-ulang, dan membuat sebuah alur cerita, sehingga saya paham, bukan dengan cara menghafal. Makanya, saya lebih suka belajar sambil berjalan-jalan, bergerak, membuat rangkuman sendiri. Yes, saya memang visual-kinestetik, jadi bagi saya lebih mudah ketika di praktekan atau belajar sambil aktivitas. 

Saya masih ingat, saya suka sekali membuat sekolah-sekolahan, dan saya menjadi gurunya. Nah kemudian saya memberikan materi kepada "virtual murid" alias murid pura-pura, materi yang saya ingin pelajari. Saya lebih mudah memahami suatu materi jika disampaikan dengan cara menarik sehingga menimbulkan "kesan" tersendiri. Apalagi jika materi tersebut disampaikan dengan metode praktek, atau kita terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut, di jamin deh mudah buat inget, nancep cep cep. Betul kata bu Septi " BISA itu mudah, SUKA itu tantangan"

Saya jadi paham, kenapa saya masih mengingat materi materi saat saya kuliah dulu, yes, karena disampaikan dengan menarik dan ada praktek di dalamnya. Sehingga ada "kesan" disana, masuk ke long term memory, jadi sekarang tinggal proses re-call-re-call,  terutama saat muncul stimulus yang berkaitan dengan hal tersebut. saja. Masya Allah. #barupaham hahahaha :)

Saya jadi paham kenapa saya suka sekali ikut training, karena dari sana saya lebih mudah memahami sesuatu dibanding hanya sekedar membaca. 

Nah, saking suka-nya dengan training, saya masih inget banget, ketika masih muda, segala training diikutin, materi ini ikut, materi itu ikut, pengen eksis di sana sini (mungkin dulu sanguins nya masih kuat banget yak, dominan banget, jadi berasa pengen eksiiis) . Efeknya, yes, saya jadi banyak kenalan, banyak relasi, banyak yang saya tau, buuuuut saya kadang bingung, saya ini mau nya apa, ikut ini buat apa, sehingga lama-lama, "rasa" itu berkurang, dan mulai jenuh untuk ikut segala training. Capek. 

Nah, itu dulu...mari kita lihat kini (kini disini artinya setelah menikah ya... ). 
Keinginan untuk mencoba banyak hal masih jelas ada, bahkan tak jarang tergoda untuk belajar ina-itu, merasa semua butuh dan butuh banget. Tapi ternyata makin kesini, makin sadar, kalau semua diikutin, saya mau jadi apa? yang ada malah, tsunami informasi, semua informasi masuk, tapi bingung dari mana mengolahnya. Padahal nih, untuk jadi ahli di suatu bidang, paling gak kita punya 10.000 jam terbang, bukan 1 jam terbang dengan 10.000 ilmu. Hmmm.. dari sini, saya pun merubah sedikit cara belajar saya. Mulai dengan memilih milih mana yang perlu dan mana yang gak perlu. Walaupuuun segudang temen saya ikut seminar tertentu, kalau saya rasa saya belum perlu, saya akan tahan diri untuk tidak mengikuti itu. Nanti, ada waktu nya nanti. :) 

Akhirnya saya mulai menentukan tujuan/ fokus apa yang ingin saya pelajari terlebih dahulu, yang tentunya berhubungan dengan peran saya sehari-hari. Cara belajarnya? tak jauh dari visual, tak jauh dari praktek. Saya sadar dengan cara itu saya akan lebih mudah paham. 

Misalnya, Saya belajar resep favorit suami, dengan cara membantu ibu mertua masak, dengan begitu saya akan mengingat dengan baik apa saja yang dilakukannya dan lebih mudah bagi saya untuk mengulang kembali, kemudian saya catat dalam kitab resep milik saya. Ketika ada resep baru, lebih mudah bagi saya melihat panduannya lewat video dari pada hanya sekedar membaca resepnya. 

Setelah fokus, justru semangat belajar menjadi lebih bergelora, artinya, ketika menemukan satu materi yang membuat penasaran, saya akan mencoba mencari tahu lebih mendalam lagi mengenai hal tersebut, dan sama seperti dahulu, saya mencoba membuat alur dalam pemahaman materi. Tujuannya agar ada "kesan" yang di dapat, dan mudah masuk dalam long term memory  saya. Cara mencari tahu pun bermacam caranya, 

  1.  Diskusi, baik dengan pasangan atau teman; 
  2. Googling ,yes, akses internet yang mudah, memudahkan kita untuk mendapatkan lebih banyak supported material  untuk dipelajari 
  3. Buku; ketika mendapatkan materi yang bikin penasaran, saya mencoba untuk mencari buku pendukungnya, baik berupa buku fisik, atau pun e-book. 
  4. Ekstra kelas. Jika ada kelas pendukung seperti seminar, talkshow, kelas online yang mendukung materi yang sedang dicari, biasa saya akan minta izin ke suami untuk bisa ikut kelas tersebut. 
Setelah mendapat apa yang saya cari, atau paling tidak sudah cukup berkembang dari materi awal, akhir-akhir ini saya sedang belajar untuk melakukan note taking.  Note taking yang saya gunakan dengan menggunakan versi mind map, dan ditulis. Tujuannya melatih saya untuk berfikir lebih sistematis dan terstruktur. 

Kalau sudah, praktek praktek praktek, itu langkah selanjutnya untuk lebih menguasai ilmu yang saya cari. Misalnya setelah mencari tahu ilmu seputar manajemen waktu, saya berusaha praktekan dengan membuat jadwal harian, mencatatnya dalam agenda, dan memberi tanda/ catatan ketika sudah selesai dikerjakan.

Tahap terakhir yang saya lakukan dalam proses belajar adalah, re-call, re-tell the story.   Yes, salah satu cara supaya apa yang saya pelajari dan pahami tidak mudah hilang, saya berusaha untuk membagikannya dengan orang lain, sesuai peran saya sehari-hari. Jika ilmu yang saya pelajari berkaitan dengan keluarga kami, maka saya ceritakan kembali kepada pasangan, untuk kemudian didiskusikan, dicatat bersama, dipraktekan. Jika ilmu tersebut bermanfaat untuk mahasiswa saya di kampus, saya sisipkan dalam pemberian materi kuliah. Jika materi tersebut bermanfaat bagi Ibu-ibu seperti saya, maka saya izinkan saya untuk menambah jam terbang dengan berbagi bersama ibu-ibu RT. 

Nah, kira-kira begitu yang saya alami dalam proses belajar untuk belajar. Semoga dengan memulai menuliskan proses belajar ini, akan bermanfaat bagi saya dikemudian hari untuk menjadi Ibu yang menikmati proses belajar anak :) 

Love, 

Ummi 
IIP Karawang

Komentar

Postingan Populer