Journal Fasilitator : Kenapa Harus Jadi Fasil?

source : freepik


Selesai sudah level 1 Kelas Bunda Sayang Batch 3. Pengalaman pertama menjadi fasilitator kelas Bunda Sayang. Seru? Iya. Deg-deg-an, wooo sudah pasti. Nano-nano rasanya. 

Setelah selesai merekap badge, kadang mikir kenapa ya kok ambil resiko ini (hahaha), sok sibuk? atau cari-cari kesibukan? Apalagi aktivitas harian yang bukan hanya sebagai fasilitator. Ada rumah yang mesti dipikirin, ada aktivitas mengajar di kampus, belum lagi sebagai koordinator wilayah IIP Karawang. Lalu kenapa masih ambil tantangan menjadi fasilitator? 

Setelah masuk ke komunitas ini, menjadi member adalah pilihan ter-aman bagi saya. Mengapa? Dengan menjadi member, kita masih bisa mendapatkan ilmu dari IIP, tentang Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif, Bunda Shaleha. Ditambah lagi dengan berbagai kulwhaap (kuliah whatsapp) juga aktivitas rumah belajar lainnya. Jadi menjadi member adalah kepuasaan tersendiri. 

Namun ternyata bagi Saya yang doyan banget tantangan, dan selalu sibuk dari dulu menjadi member saja rasanya kurang sekali, dan salah satu caranya untuk meningkatkan diri adalah dengan nyemplung langsung, ikut berpartisipasi di dalamnya. Saya masih ingat waktu pertama kali masuk ke grup koordinator, dimana isinya semua koordinator seluruh wilayah IIP, jipeer rasanya, tapi saya merasa ini seru sekali, saya mendapat banyak hal dari sini, dan rasanya sayang jika ini hanya disimpan saja, saya harus berbagi.  Maka, setelah lulus kelas matrikulasi, fasilitator adalah pilihan terbaik lainnya. 

Dapet APA? 

Dapet apa sih mbak jadi Fasil? Memangnya gak mabok sama grup yang beruntutan? 
Mabok? sometime, but this shall passed, right? Pada awalnya, iya mabok dengan chat bertubi tubi dari grup A, B, C, dan seterusnya, tapi dari sini saya belajar apa arti prioritas, mana yang perlu ditanggapi dulu, mana yang bisa belakangan. Serunya lagi, karena sudah paham bertul dengan value IIP, jadi sepertinya badai chat minim terjadi. 

Selain group WA yang bertambah-tambah, apalagi yang di dapat? 
Tambah sibuk dong? Iya, betul, dan itu tidak dipungkiri, menjadi tambah sibuk. Tapi bukankah menyenangkan jika kita memiliki sibuk yang produktif? 
Ketika agenda mulai padat, justru disini saya belajar untuk lebih pandai mengelola waktu, membuat skala prioritas, dan bagaimana komunikasi produktif dengan pasangan. Pasangan? Iya, pasangan. Semua yang saya alami tidak lepas dari dukungan pasangan sepenuhnya. I love him, because he always support me to grow, give a room for me to grow. 

Mengajar/ berbagi adalah passion saya, dan ini ladang pahala yang luar biasa, semoga bisa menjadi amal jariyah bagi Saya nanti kelak. 

Nah, berikutnya ini yang paling seru, ilmu. Menjadi fasilitator itu nambah ilmunya berkali-kali lipat dari hanya sekedar member atau peserta kuliah biasa. Bukannya materinya sama? betul, materinya sama, tapi ada banyak hal yang berbeda. Dari peserta kuliah saya belajar banyak sekali, dari tim fasilitator saya belajar banyak sekali, eits dan bukan hanya seputar materi saja ya, tapi lebih ke pengembangan diri. Menjadi fasilitator memberikan kesempatan bagi saya untuk mengulang kembali materi yang sudah pernah diterima sebelumnya, memberi kesempatan saya untuk berdiskusi kembali dengan pasangan tentang topik yang sedang dibahas di kelas, ah.. ini namanya learning by facilitating.

Selanjutnya saya dapat konsekuensi. Yes, setiap keputusan yang diambil akan ada konsekuensi di belakangnya. Ketika saya memutuskan untuk menjadi fasilitator Bunda Sayang, setahun lho!, artinya saya siap untuk belajar lagi, saya siap untuk berproses kembali, dan saya siap menerima konsekuensi ya, bahwa mau tidak mau apapun yang kita lakukan akan menjadi sorotan bagi semua orang, mau tidak mau apa yang kita sampaikan akan menjadi pertimbangan bagi sebagian besar orang, dan ini adalah konsekuensinya. 
Trus? harus bikin image bagus dong? Image bagus muncul secara langsung dari karakter individu tersebut. So, Saya berusaha menyibukan diri saya dengan proses perbaikan dan perenungan, dibanding hanya sekedar menciptakan image. Semoga Allah bimbing hati dan lisan saya. 

Apa yang Harus Disiapkan?

Kalau sudah begitu, apa saja yang mesti disiapkan untuk menjadi fasilitator? Bagi saya yang perlu disiapkan adalah "siap" itu sendiri, siap untuk belajar, siap untuk terbuka, siap untuk berbagi dan melayani, siap untuk menerima konsekuensi dari apa pun keputusan kita . 


jadi? Tertarik menjadi Fasilitator?

Ummi 

Komentar

Postingan Populer